Masa Iddah ku sudah lewat (4 bulan 10 hari), tapi sedih tak terperih & luka bathin terparah seumur hidup ku, titik nadir terendah dalam hidup ku, jangan sampai terjadi lagi, Luluh lantak seperti ini yaAllah π gak nyangka kaya mimpi dan berharap tiap mau tidur slalu nangis berharap ini mimpi & besok Abang ada disisi ku π kata2 itu membunuh ku π€ "you die i die" tiap waktu jelang tidur aku ucapkan di kuping mu & kata2 "i cant live without you" tiap saat pun saat kamu sakit sesek parah, kata2 itu membunuh ku π gak sanggup aku hidup sebatang kara tanpa mu, dulu waktu Almh Mama ku meninggal "luka bathin" nya terperih dan tersedih 2 tahunan tiap hari nangis tapi kan ada kamu Bang. dan sekarang kamu pergi selama nya aku sendirian ,sebatang kara tanpa anak & mama, aku takut, gelap banget ini yaAllah, please.
jangan beri aku kekuatan Tuhan tapi kasih aku ikut dengan dia ππ kelak di akherat nanti aku bersaksi beliau adalah suami yang sholeh, setia, bertanggung jawab & memuliakan istri. selama 20 tahun bersama (18,5 tahun menikah) tak pernah dia zolim kasar padaku, justru aku yang kasar dan jahat π gak kuat mengingat kejahatan ku padamu bang, hutang budi dan hutang rasa tak terperih. entah dengan apa aku dapat membalas segala kebaikan mu, hanya kamu seorang yang cocok dan mengerti ku. aku tersanjung menikah dengan mu dan di mulia kan ,di jaga & dihormati, smoga Allah balas kebaikan mu di surga, amiin π€²π
Semoga Allah pelihara trus "hutang rasa & penghormatan" padamu selama seumur hidup ku, manusia tak sempurna, begitu juga dengan mu. umur mu jelang satu bulan genap 48 tahun telah berpulang π namun ibadah mu luar biasa istiqomah dan taat padaNYA,sholat tepat waktu, sholat dhuha & tahajut getol, begitu juga hubungan mu dengan manusia yang slalu berbaik sangka pada orang, sopan, menghargai & baik, ringan tangan, penolong, jauh dari pemarah & dendam. Alm yang ramah,sopan , sabar & humble . tentu saja aku harus belajar dari sifat mu yang amat sangat sabar itu, ku tahu kamu tak sempurna, tapi InsyaAllah Allah jaga kekurangan mu dimata ku adalah wajar, No Body Perfect.
Abang aku gak kuat jika umur ku panjang tanpa mu, aku mau ikuut π namun setelah menelaah , mencerna & merenung kejadian luar biasa yang gak di sangka2 ini dan Allah sangat sayang menjaga ku, diberi lah daku petunjuk untuk menyikapi ujian dahsyat ini dengan Ridha.
sebab aku punya Iman jadi harus 'move on' menata masa depan agar hidup ku sehat walafiat tanpa menyusahkan orang lain, bermanfaat & hidup tidak sia2 sambil mengumpulkan amalan2 untuk berjumpa dengan Allah, Mama dan kamu Bang (Tak sabarπ)
Kadang pikiran buruk & baik bergantian mencerna ku, galau cara menyikapi musibah ini benar2 dahsyat, kadang terlintas pikiran positif bahwa ini takdir ketentuan Allah dan yang terbaik untuk mu Bang, kamu sudah bahagia dan tenang disana karena dunia bukan lah tempat istirahat, sudah usai tugas mu di dunia yang penuh ujian sedang kan disana kamu dapat beristirahat dengan tenang dan damai.
namun sering juga terlintas pikiran buruk mengapa kau tega tinggal kan aku seorang diri, kamu yang slalu mengurusi sarapan dan makan ku, kamu yang slalu menanyakan kabar dan menjemput kemana pun itu, dengan sabar menunggu ku pulang dari "kabur/ngambek" dan khawatir menjemput ku π aku bebas traveling keliling dunia tanpa kau kekang & berwasangka jelek.
YaAllah aku gak kuatπ selama 2 bulan an sejak Abang di ICU RS aku gak bisa tidur, kebangun tiap 3 jam. setiap hari hanya bisa tidur 3-4 jam (sebelum nya kan kebo / pelor banget) rambut ku rontok parah sehingga selama 30 tahun belakangan aku baru kali ini potong rambut bondol & berat badan sempat turun 8 kg tapi sekarang 50 kg an saja, dulu 56 an kg. karena gak keurus makan ku tanpa abang ☹️ tak pernah terjadi seumur hidup menderita & terpuruk nya seperti ini. YaAllah mengapa kau beri aku kekuatan luar biasa ini ?π
Abang yang sebelum "pergi" kaya diberi tanda, 'sering' membahas kalo dia meninggal gimana? dia ucapkan sepeninggal nya kelak akuharus bahagia, aku jawab "you die i die" dia gak suka, jawab nya adalah aku harus sehat & lanjut hidup jika ia kena covid (kok dia kaya tau bakal kena covid dan pergi?) aku bilang gak mau, sengaja mau ikut kena covid juga. pantes saat di hotel Tasikmalaya , pas sama2 kena covid abang bujuk aku supaya aku sembuh ,mau makan & minum obat, "DEMI ABANG" ucapnya, eh malah dia ninggalin ku π abang ikuut!!! sakit banget tau! π
Bulan April 2021 adalah NighMare, Tgl 11 April 2021 kami berencana
memulai hidup baru di kota Tasikmalaya karena suami tugas / dinas kantor di
Tasik, sehari sebelum ke Tasik hari sabtu kami ke makam tanah kusir ndilalah Abang gak mampir ke makam Bapak nya karena dia sudah nyekar tapi tidak dengan ku, kelak sekitar 3 minggu kemudian justru dia berada disana satu liang dengan Bapaknya, hikz..
Hari minggu siang sebelum ke Tasikmalaya kami ke groceri
supermarket Harmoni Ceger dulu dan pamitan mampir dengan Ibunya suami kyu (kelak
ini adalah pertemuan terakhir ibu & anak) Sesampai di Hotel Tasik sekitar jam 7 an malam & hari2
berjalan seperti biasa,
Tgl 13 April di mulai bulan suci Ramadhan kami sahur di hotel
berjalan normal, Hari Kamis karena bosen dikamar hotel mulu Abang ajak aku turut ke Kota Banjar sambil dia tugas kantor, namun pas hari Jumat tgl 16 April pulang kantor saat bukakan
pintu suami masuk kamar beliau mengeluh capek dan meriang, aku tak hirau kan
karena beliau biasa seperti itu dan slalu kuat stamina nya kalo hal remeh
seperti itu, untung saya slalu bawa obat2 jadi suami makan obat neozep,
vitamin, troces dll. sayang obat batuk tidak ada, saat meriang batuk tsb ibadah
sholat nya masih ontime dan ke mesjid slalu, esok nya hari sabtu saya ajak
keluar untuk cari rumah kontrakan yang di fasilitasi kantor, dengan keadaan puasa
Ramadhan & lemes sakit meriang beliau menyetir, saya beli beras untuk buka puasa
nanti juga beli bekel untuk bukaan puasa.
Hari minggu tgl 18 April beliau masih sahur bersama ku
dan sholat subuh di mesjid, sempet beliau minta gak kuat puasa & mau buka tapi
agak berat aku kabul kan (πsedih) lalu jam 12 siang kami cek out dan pindah
ke hotel lain. Sehabis beberes sebentar di kamar hotel saya letih dan tertidur
namun saat mau bangun untuk buka puasa malah tepar, lemes, mules, mencret & batuk kering.
Justru
hubby setelah buka / batal puasa lebih sedikit ‘fit’ kondisi nya.
Saya tertidur seharian hari Senen itu tanpa bisa bangun
untuk makan pun saya tak kuat / nafsu, untung saya minum obat mencret dan
vitamin.
Hari Senin itu Tgl 19 April 2021 Abang ke kantor dan
Whats app ku kalo dia habis di test Swab dan hasil nya positif, sempat aku kaget dan
menanyakan bagaimana kalo Isoman.
Karena kami masih awam ,bodoh dan fakir ilmu, sebab kebanyakan lingkungan keluarga yang pernah kena covid slalu menyembunyikan jika
terjangkit covid, jadi saya tak tahu apa itu penting nya saturasi oksigen, CT dll,
benar2 kurang ilmu, andai tahu kalo saturasi oksigen 88 adalah hal yang genting
harus banyak minum air hangat, kumur betadine dan hajar vitamin2 serta
berjemur dll.
Selasa tgl 20 April, saya berjemur didepan hotel dan suamiku
tampak sehat tapi tak mau berjemur masih telp2 temen2 / orang2 kantor nya yang
mengkhawatir kan nya, beliau slalu becanda A.K.A si humoris, sempat dia becanda
via telp dengan teman nya menghitung2 hari dimana dia kena virus Covid jahat
itu dan berkata pada kawan nya ‘kemaren2 dia keliling dinas’ gak kena covid eh
pas di Tasik kena bla bla
Oya dia khawatir ku banget jika aku tertular virus
covid tapi aku gak nafsu makan dan minum obat, beliau membujuk ku agar mau makan
& minum Obat ‘DEMI ABANG’ ujar nya. dia sok yakin jika terjadi sesuatu / sepeninggal nya aku akan bahagia dan Allah jaga, jadi harus sehat & sembuh. π
Untuk menghindari aku tertular dengan dia sempet dia tidur nya di bawah kasur gak barengan dengan ku tapi aku gak tega dengan liat kondisi sesek gitu jadi kupaksa tidur dikasur ber2 dengan posisi beda, saya di posisi kaki nya dan kepala dia di posisi kaki alias gak sejajar. sedih liat sesek nya, YaAllah.
Beliau tak puasa dan masih ceria, tapi esok nya Rabu tgl 21 April mencekam dan serem.π± Hubby mulai sesek, gelisah dan bolak balik duduk
di kursi karena posisi tidur gak nyaman buat nya. Saya seperti linglung
terhipnotis, radar pikiran negatif jauh dari pikiran tapi bawaan nya nangis
mulu liat dia sesek, secara aku termasuk orang optimis abadi,tapi kadang memang aku begitu, kalo dia luka / patah jatoh dari motor atau jatuh saat main tenis aku
lebay khawatir nya, makanya suamikyu slalu ‘diem2’ nahan sakit agar aku
gak khawatir, suami ku yang slalu jaga banget perasaan ku supaya gak sedih, khawatir
& stress, dia tahu aku pemikir dan stress. Subhanalloh.
Keluarga bolak balik heboh telp kami ber2 menyuruh agar abang segera
di opname di Tasik. Aku pun disuruh minum obat dan rajin berjemur dll.
Hari Kamis tgl 22 April 2021 aku lemas di kamar saja,
padahal 'seperti nya' abang berharap aku mau menemani nyetir jadwal dia ke RS untuk
ambil hasil PCR nya (CT 17 lho).
Saat abang pulang dari RS di Tasik, Abang cerita kalo dia di paksa
dokter di Tasik 'wajib' opname, gak bisa besok hari Jumat nyetir ke Jakarta karena
nanti bukan pulang ke Jakarta tapi pulang ke Akherat ujar bu Dokter tsb π± abang
kesel dan bersikeras ingin pulang ke Jakarta alias gak mau opname di Tasik. Semua
keluarga pun nyuruh opname di Tasik, kok ndilalah saya dukung suami
minta keluarga hargai kemau an suami ku untuk gak mau di Opname di Tasik,
mungkin ini bertanda dia ingin ‘pergi’ saat di Jakarta tak jauh dari Jakarta agar
aku gak repot , dia slalu memikirkan ku. π
keluarga juga gak ada yang bisa bantu karena takut tertular.
Dari kemaren hari Rabu & hari kamis ini kami ber2
bolak balik cari kemana2 toko2 ,mini market ,apotek dll untuk beli obat kumur
betadine, tapi sama sekaliiiii gak ada, OMG. Hubby juga kesel, Oya sehabis dia
dari dokter kamis siang, saya dengan kondisi tertular Covid juga menyetir
seorang diri untuk cari Betadine, Bawang putih & air kelapa. Suami ku
terkulai lemes, sesek parah di kasur bolak balik gelisah bangun dan duduk di kursi,
tapi didepan ku gak ngeluh, malah sok kuat sholat berdiri dan rajin mandi, OMG
MasyaAllah, aku sediiih kalo inget itu...π. kesian suamiku π...saat2 itu aku
slalu ucapkan ‘i cant live without you’ dan dia seperti biasa menanggapi
nya ‘B’ alias leumpeung saja.
Aku mohon supaya abang sholat nya tidak berdiri dengan sesek parah
seperti itu, karena aku yang gak sesek saja sholat nya duduk dan gak mandi, si
wangi itu mandi mulu kerjaan nya ih!
Sempat aku sholat gak engaja di deket kepala nya sambil nangis minta
kesembuhan untuk abang. Abang khawatir aku si pemikir & si stress ini ,dia tanya :KENAPA ? KENAPA? Aku
diem saja terus menangis. Pokok nya seperti linglung dan gak bisa berpikir.
Malam jumat itu aku bener2 bingung dan serba salah. Bagaimana
cara nya; besok hari Jumat keluar dari kota Tasik, siapa yang menyetir? abang
tentu gak kuat, minta tolong adik2 Ipar gak bisa karena takut tertular dan mau
sewa ambulans kayanya ‘lebay’ banget. Akhir nya ‘deal’ aku dan suami akan ke
Bandung & aku yang nyetir, Isoman di Bandung. Tapi aku dapat ilham,
malam2 aku yang masih mencret berdoa agar besok bisa nyetir keJakarta dengan
selamat tanpa di hadang penjaga / pengamanan , Lockdown (karena sudah menjelang hari Raya
perjalanan keluar kota di larang dan pemeriksaan test Covid) dan berdoa agar
aku gak mencret2 di jalan. Rencana diem2 ini aku rahasia kan ke hubby
Hari Jumat Tgl 23 pagi aku bangun dan sholat subuh sambil
packing2.
Abang belum bangun tumben banget biasa nya ‘slaluuuu dia
duluan yang bangun’ sambil sesek dan mendengkur ku biarkan beliau tidur,
setelah dia bangun ku bilang ‘ayo Bang kita pulang ke Jakarta, dia kaget terus bilang 'ke Bandung kan bukan ke Jakarta, ku bales berkata’ aku nyetir ke Jakarta’ terlihat
beliau seneng tapi khawatir, dia tanya, aku kuat gak? InsyaAllah kuat.
Seperti biasa
dia mandi dulu, setelah nya dengan kondisi lemah dia bilang gak sanggup angkat koper2 ke
mobil, tumben lho gw restui. Ya ampuuuun Bang kaga percaya banget kalo kamu itu
sakit separah itu .....
Aku dalam kondisi tertular Covid juga (demam &
mencret2) menyetir dari Tasik ke Jakarta, suami ku duduk di belakang, sepanjang
perjalanan ku perhatikan dia gak sesek, mungkin bahagia akan balik ke Jakarta,
trauma dengan kota Tasik yang membuat virus Covid Jahat itu tertular. Sempat aku
berhenti di jalan karena mules dan buang air, sengaja gak di rest area karena takut ada petugas
pemeriksaan. Perjalanan ke Jakarta lancar abang si manusia yang tahu diri,
slalu ngajak aku makan / istirahat dulu, aku gak mau mampir2 sama sekali karena
seperti digerak in supaya cepet bawa suami ku pulang ke rumah Jakarta, sesampai
di Jakarta mampir beli nasi Hainam & Bubur Ayam di Restoran Akoeng Senopati
Jakarta.
Sampai di rumah kusedia kan, tampak abang gak nafsu dan
aku beberes ganti sprei kasur lalu
tertidur, terbangun saat terdengar abang kaya sesek dan ngigau. Aku terhentak
dan reflek ngajak abang dirawat saja bagaimana? Dia langsung mau opname karena katanya
supaya aku bisa tidur nyenyak dan gak stress...huaaaa π sediih! Abang kenapa
kamu baik banget slalu memikirkan ku...aku gak kuat!
Abang sibuk mandi &
sholat (manusia bersih rajin mandi saat meninggal bertakdir kena Covid) saya
pun sibuk packing2 baju2 suami untuk opname di RS, saya telp hubungi sepupuku yang bekerja
di RS ANTAM, tapi jauh dari rumah, ku pilih RS Suyoto Bintaro. Itu juga ’buta’
gak tahu cara datang opname untuk pasien Covid yang tercover BPJS, ternyata
langsung saja datang ke IGD & serahkan kartu BPJS nya. Abang di Cek
saturasi nya 86 langsung sigap abang di baringkan dan pakai Oksigen besar. Abang tampak mulai gak sesek parah jadi saya masih jauh dari bersyak wasangka buruk. Dengan kondisi
tertular covid habis nyetir dari Tasik ke Jakarta dan anter hubby ke RS, saya
di suruh menunggu hingga 5 jam di RS sampai suami masuk ICU jam 12 malem (24 April 2021) dan aku menyetir mobil kantor, pulang kerumah dini hari.
|
Dari iGD menuju ICU Covid |
|
di ICU (Foto Terakhir Alm) |
Sempet terlintas
pikiran jelek kalo abang gawat tapi aku yang PEDE dan slalu berharap mukzizat
jadi kaya agak santai. Mungkin abang sengaja bersikap santai supaya aku juga
santai.
Karena kondisi kena Covid jadi semua parno gak bisa menolong, sehingga aku
seorang yang bolak balik ke RS, pada
akhir nya 2 adik alm suami ku juga bolak balik untuk memantau perkembangan
suami ku. Juga di bantu sepupu ku untuk membeli obat Actemra dan sepupu2 lain
kompak ‘patungan’ beli obat mihil itu, Alhamdulillah.
Aku tak henti2 nya kenceng ibadah, sholat2 sunat lain nya, mengaji dan sedekah.
hari ke 3 suami opname baru saya tes swab Antigen & PCR hasil nya tentu
saja positif. Tapi seperti nya Suamiku ada komorbid (Ginjal) sebelum kena covid,
bulan lalu (Maret) saat liburan ke Nusa Penida Bali beliau sesek parah saat naik turun
tangga, lalu waktu ke Kebun Raya Cibodas juga beliau sesek, pernah juga
beberapa kali kulit kering & kaki nya gatal2, cepet lelah, mual,eneg, suka pipis, sakit pinggang & betis seperti bengkak yang saya tahu itu salah
satu indikasi sakit Ginjal. kayanya beliau rahasia kan ? agar gak bikin repot, khawatir & stress. Karena kita pernah
membahas jika kami kena sakit keras gak mau repoti bla bla
Kami keluarga besar, baik dari keluarga besar suami dan keluarga besar ku
standby menunggu kabar perkembangan suami ku di grup Whats app.. Aku gak bisa
tidur, tersiksa lahir bathin karena Isoman sebatang kara sendirian sambil
khawatir menunggu kabar mukzizat kesembuhan suami. Tepat sesuai prediksi awal
Dr Samuel, Suamiku hari Kamis Tgl 29 April di Intubasi, yang proses nya ribet banget mau di pasang alat double lument
untuk akses cuci darah karena fungsi ginjal nya abnormal huuuuaaaa sedih! saya sibuk hubungi kenalan dokter VIP keluarga memohon2 agar mau bantu dan pantau suamiku, aku semakin kenceng ibadah dan berharap mukzizat, masih pede, optmis abadi dan jauh dari
kecurigaan buruk akutu.
Senin tgl 3 Mei 2021 sekitar jam 9 malam saya di telp / hubungi oleh suster agar
segera datang ke RS karena suami semakin kritis, aku dengan gemetar lemes,
bingung antara mau nyetir atau nebeng adik ipar, kayanya gak sanggup nyetir
jadi janjian dengan adik ipar untuk jemput dan bareng ke RS sempet adik
menenangkan bahwa ‘kakak’ kuat dan gak kritis, berhari2 kemaren saya slalu cari
keyakinan nanya2 ke orang2 (tetanggaga, Etek & adik ipar dll) kira2 yakin
kan saya kalo suami sembuh, rata2 semua bilang yakin sembuh jadi saya pun jauh
dari kecurigaan buruk. Saya juga hubungi sepupu kandung ku agar datang menemani
ku di RS saat kritis itu. sesampai di RS, saya ber3 dengan 2 adik ipar menghadap dokter &
suster2 menerang kan yang bertele2 bahwa harus beli obat lagi karena sedang tak
tersedia di RS, akhir nya salah satu adik ipar cari2 beli di apotik, saya dan
adik ipar lainnya berserta dua sepupu ku menunggu didepan ruang ICU Covid, di
parkiran kami menunggu kabar dan berharap mukzizat ,perasaan gak karuan, seluruh
keluarga besar standby support .
amit2 ih kalo inget suasana saat itu, gak mauuuuu yaAllah.
Setelah adik datang bawa obat kami dipanggil lagi, kami ber 5 menghadap dokter
Samuel dan diberitahukan bahwa suami kemungkinan sulit.
Ramadhan ke 22, Selasa pukul 00.20 Tgl 4 Mei 2021 Dokter Samuel menyatakan suami ku
tercinta H.Merdy Yufana Bin H.Agus Mardiyanto telah meninggal dunia.π
Sempat sekilas saya lihat di layar saat suami di pacu jantung, saya hanya terdiam
membisu tanpa bisa mengeluarkan ekspresi kejer, shock atau pingsan, tipe ku selama
ini gak bisa ‘heboh’ di depan orang2, biasa memendam penderitaan &
kesedihan juga belum ada waktu mencerna.
'Terkadang kita butuh JARAK untuk memahami RASA sebenernya, seperti KATA yang membutuhkan spasi agar sanggup terbaca dengan baik"
Sekali2 saya menangis saat melihat peti jenasah nya seperti mimpi dan meratapi nasibπ
Tapi saya berusaha tegar dan kuat agar proses sholat jenasah ber 5
terlaksana dan mohon keluarga besar dapat sholat ghaib di rumah masing2 untuk almarhum.π
Saat itu adalah bulan puasa Ramadhan, kami ber 5 hanya aku yang gak puasa karena kondisi sakit covid gak nafsu
makan karena mual, eneg & PAHIT (ada Maag – Gerd juga).
Kami di RS sejak jam 9 nan malam sampai subuh proses pemandian jenasah dan
urus2 ini itu akhir nya sekitar jam 9 nan pagi di kubur di pemakaman Tanah kusir, satu
liang dengan alm papa mertua ku, sebelum nya sambil menunggu jam 9 pagi, untuk
pemakaman saya ber 3 sepupu ku Swab tes
antigen, karena khawatir sepupu ku yang bersama2 tertular oleh ku.
Ternyata tes PCR yang lebih akurat, mubazir deuh.
Saya bersyukur walau dalam keadaan lemah tertular Covid juga tapi mampu melakukan penghormatan terakhir pada belahan hati tercinta
mengurus / menemani beliau sampai ke peristirahatan terakhir nya, kuburan nya pun ku sentuh karena yang lain melayat 'lansia' parno covid, walo sempat
kecewa dengan RS dan complain seharus nya saya diberi kesempatan video call
waktu sebelum tgl 29 April itu (Intubasi) dan jangan larang2 suami menggunakan
handphone juga harus nya saya diberi kesempatan masuk ke ICU walau dengan
kostum APD lengkap yang ribet, karena jangan sepele kan keinginan & cita2
seseorang, ini bukan hal remeh temeh tapi 'maha' penting bagi ku, sungguh saya
complain keras datang ke RS ber2 sepupu perempuan ku, kami gak terima banget suami di covid kan (padahal kan ada Komorbid Ginjal) dan sebagai pembelajaran agar tidak terjadi lagi dengan pasien lain. Tapi pada
akhir nya saya ikhlas, Alhamdulillah Allah beri petunjuk sehingga saat 100 hari
Alm suami ku, tgl 11 Agustus 2021 saya bersedekah nasi dus catering untuk Nakes RS.
Saya juga urus sendiri sedekah nasi dus & buku Yasin saat 3 hari, 7 hari, 40
hari & 100 hari alm, semoga Allah terima untuk amalan almarhum, aamiiiiiin
yaAllah.
Kematian suamiku karena covid menghantam
suasana hati melebihi kematian biasa. Sebab saya yang berduka kehilangan belahan
hati dan terasa sakit hati karena kehilangan ini. Belahan hati yang bikin 'sakit hati' untung gak Belahan jiwa yang bikin 'sakit Jiwa'. Subhanalloh. Hikmah dari rasa Luka bathin ini membuatku semakin religius, sholat sunat rawatib di jaga & mengaji tetep dilakukan tiap malam dan juga slalu inget mati, Semoga kelak husnul khotimah & berkumpul dengan mama ku & merdy suami ku π€²❤️
Hantaman lainnya Juga saya wajib Isoman sebatang kara dirumah tanpa ada yang menemani /
menghibur, benar2 suasana pilu seumur hidup gak bakal lupa. Hari raya Idul Fithri
sebatang kara, beberapa kali harus PCR dulu jika mau gabung dengan keluarga ibuku.
Selesai pemakaman sekitar jam 11 siang. Saya yang masih harus Isoman
sendiri di rumah gak kuat berada di rumah sebatang kara karenapasti inget suami , jadi saya meminta
menginap di hotel 2 malam, dua sepupuku yang sedang puasa dari sudah 12 jam
lebih gak istirahat menemani ku sampai dapat Check in pukul 2 siang, sebelum
waktu Check in kami ke Mesjid Pondok indah dulu sambil tunggu waktu check in. pas Bada Sholat Isya di hotel via zoom bergantian keluarga besar ku & keluarga besar suamiku melakukan Tahlilan virtual, saya masih kuat &
tegar karena belum ada waktu mencerna & menelaah. Besok2 nya terasa penyesalan, kesedihan tak terkira.
Kehilangan yang bikin sakit hati, karena biasa slalu bersama, suami banyak waktu luang nya dengan
ku, tahu banget karakter ku, aku yang di manja,dicintai & disembah, pengertian,
kalo salah paham beliau tenang & sabar, aku yang bawel dan diamku mematikan π€ hubungan yang nyaman sekali, meladeni
ku yang suka tak terduga ,kadang2 serba tiba2 mood nya. Ampun Ya Allah, hampura Abang suami ku, aku gak kuat tapi aku gak mau hidup sia2, abang dulu yakin aku bisa bahagia sepeninggal mu, Niscaya Allah
bimbing & jagaku slalu. aamiinπ€²π
"Rindu Kebiasaan adalah hal terpilu dari kehilangan!" π
Terlalu banyak kenangan manis dengan alm suami ku, 20 tahun gak sebentar (18,5 thn nikah) hubungan harmonis walo rumah tangga pasti ada juga slek nya, aku si pemikir & sensitif, orang lain meninggal aja lebay banget sedih nya,apalagi ini suami sendiri belahan hatiku? πAbang dulu juga sering nanya saat aku nangis inget "hutang rasa" kalo ada artis meninggal. GIMANA NANTI KALO ABANG MENINGGAL ujar nya? noh liat ni Bang! menderita tak berujung. denger lagu nangisπ apalagi lagu "Cinta Luar Biasa" (Andmesh) yang gak aku suka kalo kamu setel, sekarang kalo denger itu menangis. denger lagu Lentera Cinta (Nicky Astria) jadi sakral nangisπ lagu "Kamu & Kenangan" Maudy Ayunda. nangis π
Ngelewati RS Suyoto Veteran Bintaro Nangis π tersiksa aku dengan pikiranku.karena ku antar kamu ke RS tapi pulang nya berupa jenasahmu, menyesal antar kamu ke RS itu, astagfirullah..
SELAMAT JALAN SUAMI KU TERCINTA BERHENTILAH DI TEMPAT
PERISTRAHATAN DENGAN TENANG, SETELAH ITU LANJUTKAN LAGI PERJALANAN MU KE
PERISTIRAHATAN2 BERIKUT NYA , KAMU SUDAH TENANG, DAMAI & BAHAGIA DISANA,
SAMPAI KETEMU DI SURGA NYA ALLAH KELAK, INSYA ALLAH AAMIIN.❤️
Kan slalu ada harapan dalam tiap langkah kedepan,mengubah mimpi menjadi kenyataan.Berduka secara sehat & sadar, Bismillah...π
Dahulu sewaktu masih ada suamiku, aku jarang berkumpul, janjian, nongkrong dan silahturahmi sama teman2, karena rugi kalo waktu ku habis dengan teman2 tapi suami sendirian di rumah, kalo traveling aja yang bikin berat adalah berpisah dengan suami, sekarang aku hidup sendirian seperti nya butuh gaul & silahturahmi, tapi setelah dicoba karena berasa umur semakin tua, kayanya gak guna juga berteman dengan teman toxic, munafik, hanya ada perlu nya, penjilat dan saat seneng aja. jadi sekarang block atau seleksi pilih2 teman kalo bisa yang mengajak kebaikan dan teman till jannah. jika tidak ada lebih baik sendiri tho cukup happy dan bahagia daripada bergaul dengan teman yang munafik & hanya saat seneng nya aja...Heuheu